Penatalayanan Air yang Baik dan Berkelanjutan di Sektor Pariwisata
Pariwisata berkelanjutan telah muncul sebagai kekuatan penting dalam industri perjalanan global, didorong oleh keharusan untuk melestarikan sumber daya alam, melindungi warisan budaya, dan memastikan kesejahteraan masyarakat setempat. Karena sektor pariwisata terus tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan wisatawan cenderung untuk memilih perusahaan yang berkelanjutan.
IDSC (Indonesian DMC Sustainability Collaboration) berkolaborasi dengan WSI mengadakan kegiatan training yang bertajuk “Implementation of Water Conservation to Achieve Sustainable Tourism” pada 11 September 2024. Ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan praktik – praktik keberlanjutan bagi mitra DMC dan Tour Travel terkait tata kelola air yang berkelanjutan di sektor pariwisata. Kegiatan ini dilakukan secara online dan dihadiri oleh 33 peserta dari mitra DMC dan Tour Travel.
Training dibuka oleh I Gede Dananjaya Bagaskara, Sustainability Coordinator IDSC. Beliau menekankan pentingnya konservasi air dan tata kelola air yang berkelanjutan oleh pihak – pihak yang berkecimpung di sektor pariwisata. Terlebih kolaborasi antara berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi risiko air untuk mendukung terciptanya pariwisata yang berkelanjutan.
Water Stewadship Indonesia (WSI) yang diwakilkan oleh (Bapak) Catur Adi Nugroho selaku Network Coordinator membahas mengenai pentingnya penatalayan air yang baik dan berkelanjutan di sektor pariwisata. Ditekankan ada 5 masalah utama terkait air di sektor pariwisata yang bisa menjadi tantangan dan risiko bersama:
- Konsumsi Air yang Berlebihan: Industri pariwisata sering kali menggunakan air dalam jumlah besar, terutama di hotel, resort, dan fasilitas rekreasi. Menciptakan ketidakseimbangan dalam penggunaan air antara wisatawan dan penduduk lokal.
- Pencemaran Air: Aktivitas pariwisata dapat menyebabkan pencemaran air, baik dari limbah hotel, restoran, maupun aktivitas rekreasi seperti olahraga air. Pencemaran ini dapat merusak ekosistem lokal dan mengurangi kualitas air yang tersedia.
- Penyusutan Sumber Daya Air: Di beberapa destinasi wisata, seperti Bali, penggunaan air tanah yang berlebihan telah menyebabkan penurunan permukaan air tanah dan intrusi air asin.
- Konflik Akses terhadap Air: Ketidakseimbangan dalam penggunaan air antara sektor pariwisata dan penduduk lokal dapat menimbulkan konflik.
- Kurangnya Perencanaan dan Pengelolaan Air yang Baik: Banyak destinasi wisata yang tidak memiliki perencanaan dan pengelolaan air yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan eksploitasi sumber daya air yang tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan.
Penatalayanan air merupakan penggunaan air yang adil secara sosial dan budaya, berkelanjutan secara lingkungan, menguntungkan secara ekonomi, yang dicapai melalui proses yang melibatkan pemangku kepentingan yang melibatkan tindakan berbasis lokasi dan daerah tangkapan, maka sangat penting pelaksanaan penatalayan air yang baik dan berkelanjutan bagi sektor pariwisata.
Pemahaman risiko terkait air di sektor pariwisata harus didasarkan dengan pendekatan yang komprehensif (pendekatan lanskap atau pendekatan daerah tangkapan air) dan risiko ini tidak hanya mengenai pencemaran air saja, tetapi kejadian bencana seperti banjir, kekeringan, penurunan tanah akibat ekstraksi air tanah, dll juga termasuk risiko yang bisa berdampak negatif pada bisnis, pekerja dan ekonomi.
Risiko yang menjadi tantangan bersama ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk kolaborasi antar pelaku di sektor pariwisata. Beberapa kegiatan kolaboratif yang bisa diterapkan dalam pariwisata seperti:
- Pembentukan Aksi Kolaborasi. Membentuk aliansi / koalisi yang melibatkan berbagai Perusahaan, hotel, jasa travel tour, akomodasi perjalan, usaha mikro/kecil/menengah (UMKM) dan organisasi lokal Masyarakat untuk mendukung dan berkomitmen pengelolaan air yang berkelanjutan.
- Pelatihan dan Edukasi. Memberikan pelatihan dan edukasi kepada semua pemangku kepentingan tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan di sektor pariwisata, seperti pelatihan teknis untuk staf hotel dan resort serta edukasi untuk komunitas local.
- Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan. Menerapkan teknologi pengolahan air yang ramah lingkungan di fasilitas pariwisata, seperti penerapan sistem daur ulang air dan penggunaan teknologi hemat air di hotel –hotel dan resort.
- Kolaborasi dengan Komunitas Lokal. Melibatkan komunitas lokal di sektor pariwisata dalam upaya pengelolaan air. Ini dapat mencakup proyek-proyek bersama untuk konservasi air dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Mengembangkan dan mempromosikan pariwisata berbasis kearifan lokal yang mendukung tata kelola air yang berkelanjutan.
Pernyataan penutup dari IDSC (Bapak) Dananjaya yang menandai berakhirnya kegiatan training, dengan harapan agar ilmu yang diperoleh dapat diterapkan di tempat kerja mereka untuk mendukung pariwisata yang berkelanjutan.