Meeting Kedua National Multidisciplinary Team (NMT) - Water Scarcity Program (WSP)

19 Agustus 2024

Sebagai bagian dari Asia-Pacific Water Scarcity Programme (WSP), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (disingkat Kementerian PPN/Bappenas) dan United Nations Food and Agriculture Organization (FAO) menyelenggarakan meeting kedua dari National Multidisciplinary Team (NMT) Meeting secara online pada Selasa, 13 Agustus 2024. Sebanyak tujuh puluh enam anggota dari berbagai kementerian dan organisasi berpartisipasi dalam webinar ini untuk meninjau kemajuan WSP dan membahas kerangka kerja yang diperbarui untuk the Water Scarcity Action Plan (WSAP).

Pertemuan ini diresmikan oleh Bapak Mohammad Irfan Saleh, Direktur Sumber Daya Air pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menguraikan isu-isu strategis utama dalam pengelolaan sumber daya air. Ia menyoroti tantangan dalam memenuhi permintaan air yang meningkat, meningkatkan produktivitas air, dan mengatasi dampak perubahan iklim di samping pertumbuhan populasi dan pertumbuhan ekonomi. Selama setahun terakhir, WSP telah aktif melalui berbagai inisiatif seperti training akuntansi air, kunjungan lapangan ke DAS Cimanuk, dan pengembangan peta jalan akuntansi air. Pertemuan NMT kedua ini bertujuan untuk memperkuat komitmen pemangku kepentingan, mengoptimalkan pelaksanaan WSP, dan merencanakan langkah selanjutnya untuk kelompok kerja yang difokuskan.

Dalam mengembangkan WSAP, beberapa isu penting harus dipertimbangkan. Ini termasuk dampak perubahan iklim, inefisiensi dalam pengelolaan sumber daya air, dan pertumbuhan populasi yang cepat, yang menjadi dasar pengembangan WSAP. Selain itu, konsep penguasaan air, ketersediaan data, dan kapasitas untuk melakukan akuntansi air, beserta perangkat yang diperlukan, harus diintegrasikan ke dalam kerangka WSAP. Pedoman formulasi yang jelas sangat penting untuk memastikan bahwa WSAP dikembangkan secara sistematis, diimplementasikan secara efektif, dan terus dipantau serta disempurnakan oleh semua pemangku kepentingan.

Selain itu, WSAP tidak hanya akan membahas isu teknis tetapi juga akan menganalisis tantangan utama kelangkaan air di Indonesia, dengan fokus khusus pada gender dan inklusi, dan mengusulkan solusi untuk tantangan kelangkaan air yang muncul.

Gambar 1 Presentasi Bapak Mohammad Irfan Saleh

Sesi 1 – Penyegaran tentang Program Kelangkaan Air

Sesi ini dimoderatori oleh Bapak Ewin Sofian Winata, ST, MEM, dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dengan Bapak Fany Wedahuditama yang memberikan gambaran umum tentang Program Kelangkaan Air (WSP), termasuk tujuan utama, manfaat, dan keluaran yang diharapkan.

Gambar 2 Diskusi dipimpin oleh Bapak Ewin Sofian Winata, ST, MEM dari Bappenas dan Presentasi oleh Bapak Fany Wedahuditama

Perwakilan dari berbagai organisasi pendukung, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan kementerian terkait lainnya memberikan masukan mengenai beberapa aspek utama WSP:

  1. Dasar pemikiran iklim yang mendasari program.
  2. Penekanan pada optimalisasi penggunaan air, promosi pertanian cerdas iklim, dan memastikan bahwa kegiatan yang ada di seluruh kementerian selaras dengan WSAP, dengan membangun inisiatif yang ada daripada memulai dari awal.
  3. Pertimbangan terkait pertumbuhan populasi, polusi, dan pembangunan infrastruktur.

Sesi 2 – Kemajuan dan Pelajaran yang Dipetik

Sepanjang pelaksanaan Program Kelangkaan Air (WSP), beberapa pelajaran berharga telah dipelajari. Wawasan utama mencakup perlunya kerangka regulasi dan kebijakan yang sudah dilakukan untuk memandu penghitungan air dan menginformasikan alokasi air, pengembangan proses penghitungan dan alokasi air di DAS Cimanuk, dan perlunya rencana peluncuran strategis untuk menerapkan proses ini di seluruh DAS prioritas lainnya. Selain itu, ditekankan bahwa pengelola sumber daya air setempat di setiap DAS harus lebih aktif terlibat sebagai bagian dari strategi peluncuran ini.

Pelajaran penting lainnya yang dipelajari adalah pentingnya penguasaan air, yang mencakup hubungan antara sumber daya air dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat, kelompok penyandang disabilitas, perempuan, dan anak-anak. Oleh karena itu, penguasaan air telah diakui sebagai komponen penting dari WSP.

Gambar 3 Dari kiri atas ke kanan Bapak Ewin Sofian Winata, ST, MEM dari Bappenas, Bapak Fany Wedahuditama. Dari kiri bawah ke kanan, Pusat Hidrologi dan Lingkungan Perairan dan Bapak
Mova Al Afghani

Singkatnya, pelajaran yang dipetik menyoroti perlunya pedoman akuntansi air yang komprehensif yang membahas air permukaan dan air tanah, penciptaan templat dan alat yang jelas serta lugas untuk akuntansi air, ketersediaan dan pengelolaan data yang efektif, dan manfaat yang melampaui sekadar akuntansi. Selain itu, pentingnya melakukan analisis kepemilikan air yang menyeluruh dan uji coba yang komprehensif telah ditegaskan.

Sesi 3 – Kerangka Rencana Aksi Kelangkaan Air (WSAP)

Rencana Aksi Kelangkaan Air Nasional (WSAP) harus membahas beberapa bidang utama, termasuk memastikan pasokan air berkelanjutan, mendorong manajemen permintaan yang efisien, meningkatkan manajemen data, dan mendorong perencanaan dan penganggaran yang koheren.

Sebelum merumuskan WSAP, pedoman berikut harus dipertimbangkan:

  • Waktu: Menentukan apakah WSAP akan menjadi dokumen tiga tahun atau lima tahun.
  • Tingkatan: Menentukan apakah rencana tersebut akan beroperasi di tingkat nasional atau disesuaikan dengan daerah tangkapan air tertentu.
  • Protokol: Menetapkan prosedur yang jelas mengenai siapa yang dapat mengusulkan tindakan, siapa yang akan menyetujuinya, siapa yang akan memantau dan meninjau kemajuan, serta waktu untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
  • Fokus: Memutuskan apakah akan fokus pada daerah tangkapan air yang kekurangan air secara khusus atau mencakup semua daerah tangkapan air.
  • Cakupan: Menentukan area cakupan, seperti air permukaan, air tanah, aliran lingkungan, pertanian, energi, pemukiman, industri, dan perdagangan.

Komponen utama WSAP meliputi:

  • Konteks kelangkaan air saat ini dan di masa mendatang.
  • Pemetaan risiko jangka pendek dan menengah.
  • Tindakan berwawasan maju untuk mengatasi kelangkaan air, berdasarkan risiko jangka pendek dan menengah yang teridentifikasi.

Peserta yang mewakili berbagai organisasi memberikan masukan, menekankan pentingnya berbagi data tentang program air terkait lintas kementerian dan organisasi. Misalnya, Direktorat Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (P3DAS) dapat mendukung WSAP dengan berbagi data penting tentang bidang-bidang seperti rehabilitasi hutan, lokasi mata air, lokasi prioritas, dan indeks ketahanan air.

Gambar 4 Diskusi interaktif dan umpan balik

Sesi 4 – Kelompok Kerja Tematik (WG)

Untuk mempersiapkan Rencana Aksi Kelangkaan Air (WSAP) secara efektif, perlu dibentuk kelompok kerja yang terdiri dari kepala subdirektorat dan staf teknis. Kelompok-kelompok ini akan berpartisipasi dalam lokakarya dan diskusi yang terkait dengan pengembangan WSAP. Sejalan dengan konsep pengelolaan sumber daya air, diusulkan agar kelompok kerja (Working Group/ WG) tersebut diorganisasikan berdasarkan tema-tema berikut:

  • Kelompok Kerja untuk Ketersediaan Berkelanjutan (Pasokan)
  • Kelompok Kerja untuk Permintaan yang Efisien
  • Kelompok Kerja untuk Manajemen Data yang Lebih Baik
  • Kelompok Kerja Lintas Sektor

Rencana untuk Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) tematik telah diusulkan:

  • FGD 1 (Semua WG): Konteks kelangkaan air saat ini dan masa depan.
  • FGD 2 (WG Tematik): Pemetaan risiko.
  • FGD 3 (WG Tematik): Mengidentifikasi isu prioritas berdasarkan pemetaan risiko.
  • FGD 4 (WG Tematik): Mengidentifikasi tindakan strategis untuk mengatasi risiko.

Untuk Diskusi Kelompok Terarah lintas sektor, rencana berikut telah digariskan:

  • FGD 1: Kesenjangan regulasi.
  • FGD 2: Kesenjangan kelembagaan.
  • FGD 3: Kesenjangan keuangan.
  • FGD 4: Kesenjangan teknologi dan infrastruktur.
  • FGD 5: Kesenjangan manajemen pengetahuan dan komunikasi.

Pertemuan tersebut ditutup oleh Direktur Sumber Daya Air Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyampaikan harapan bahwa semua masukan dan umpan balik akan dipertimbangkan dan menjadi pelajaran berharga. Ia menekankan bahwa masih banyak pekerjaan penting yang harus dilakukan di Indonesia, termasuk menangani pengelolaan air tanah, menyeimbangkan upaya konservasi, mempromosikan pemanenan air hujan, dan banyak lagi. NMT diharapkan dapat berfungsi sebagai platform yang menyatukan berbagai pemangku kepentingan terkait dalam menjaga pengelolaan kelangkaan air di Indonesia, memastikan tercapainya tujuan ketahanan air negara.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Bapak Fany Wedahuditama di fany@ws-indonesia.org atau fany.wedahuditama@gwpsea.org.

Meeting kedua dari National Multidisciplinary Team (NMT) ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui the Australian Water Partnership dan the United Nations Food and Agriculture.

magnifiercross