Mengikutsertakan Penatalayanan Air AWS dalam Produksi Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan

14 November 2022

Kelapa sawit digunakan dalam berbagai macam produk, mulai dari bahan makanan, sabun, dan kosmetik hingga bahan bakar untuk mobil dan pembangkit listrik. Pohon kelapa sawit tumbuh di daerah tropis, dengan Malaysia dan Indonesia sebagai produsen terbesar, menyumbang 85 persen dari produksi global. Mereka ditanam di perkebunan skala besar dan pertanian skala kecil, dengan petani kecil menyumbang sekitar 40 persen dari produksi kelapa sawit global. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan kelapa sawit, begitu pula kesadaran tentang perlunya bertindak atas dampak lingkungan, sosial, dan ekonominya.

Kelapa sawit adalah tanaman yang intensif akan air. Produktivitas pohon kelapa sawit juga sangat sensitif terhadap air. Genangan yang berkepanjangan karena banjir, misalnya, akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas panen dan dapat menyebabkan akar yang membusuk. Risiko terkait air, seperti kebakaran hutan dan lahan gambut karena aktivitas tebang dan bakar (terutama di musim atau tahun yang lebih kering), dapat menyebabkan hilangnya perkebunan dan fasilitas produksi lainnya, sementara penipisan dan polusi air yang digunakan di pabrik pengolahan serta kilang dapat memengaruhi produksi dan pertumbuhan di masa depan. Pada saat yang sama, penggunaan pestisida dan pupuk menyebabkan rembesan ke akuifer air tanah atau mencemari sungai dan sungai di dekatnya. Pengolahan dan pemurnian minyak sawit membutuhkan air dalam jumlah besar dan menghasilkan limbah yang dapat membahayakan sumber daya air dan lingkungan jika tidak diolah dengan benar.

Produksi kelapa sawit yang berkelanjutan, termasuk praktik penatalayanan air, telah diakui dan diimplementasikan melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO bertujuan untuk mengubah pasar untuk menjadikan kelapa sawit berkelanjutan sebagai norma melalui serangkaian kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipatuhi oleh para perusahaan untuk menghasilkan Kelapa Sawit Berkelanjutan yang Tersertifikasi atau Certified Sustainable Palm Oil (CSPO). Untuk memastikan kredibilitas klaim keberlanjutan, semua anggota RSPO yang mengambil kepemilikan hukum dalam, memproduksi, atau menangani produk kelapa sawit harus bersertifikat RSPO. Peningkatan kinerja pada penatalayanan air yang baik, sebagaimana didefinisikan oleh Alliance for Water Stewardship (AWS), oleh sektor kelapa sawit akan mendukung produksi berkelanjutan, meningkatkan ketahanan sektor ini terhadap risiko terkait air, dan meningkatkan peran sektor ini sebagai pengelola air yang baik di tingkat daerah tangkapan air atau lanskap.

AWS dan RSPO berkolaborasi dalam project dua tahun ‘Boosting sustainability practice and performance at the landscape level through good water stewardship’ dalam pengembangan dokumen strategis yang disebut Pathways towards strengthening good water stewardship in sustainable palm oil production. Dokumen ini bertujuan untuk memberi tahu anggota RSPO tentang cara memperkuat praktik penatalayanan air sebagai bagian dari Prinsip dan Kriteria RSPO atau RSPO Principles and Criteria (RSPO P&C) 2018 dan untuk mencapai pencapai air yang baik melalui penerapan Standar Penatalayanan Air Internasional V2.0, atau Standar AWS. 

Sebagai bagian dari proses pengembangan, crosswalk dilakukan antara RSPO P&C 2018 dan Standar AWS V2.0, yang menemukan total 48% tumpang tindih antara indikator RSPO P&C dengan semua indikator Standar AWS. Keselarasan signifikan ditemukan dengan indikator yang berfokus pada kepatuhan hukum pada penyediaan air, Air, Sanitasi, dan Kebersihan (WASH) untuk pekerja di tempat dan praktik terbaik yang terkait dengan pengelolaan berkelanjutan serta perlindungan lahan gambut dan area Bernilai Konservasi Tinggi (NKT) lainnya yang terkait dengan Kawasan Penting Terkait Air (KPTA) yang ditentukan AWS. Sebagian besar kesenjangan yang ditemukan dari crosswalk ini terkait dengan persyaratan Standar AWS di tingkat daerah tangkapan air dan praktik terbaik yang berkontribusi pada 5 Keluaran AWS. Tumpang tindih dan kesenjangan ini menunjukkan bahwa tindakan terhadap air pelaksana RSPO PC sudah dapat menempatkan mereka pada jalur untuk mengadopsi dan menerapkan penatalayanan air yang baik melalui Standar AWS.

Pada akhirnya, laporan ini memberikan saran tentang bagaimana mendorong integrasi penatalayanan air yang baik ke dalam produksi kelapa sawit berkelanjutan di tingkat lanskap. Hal ini dilakukan melalui adopsi konsep cakupan fisik sebagaimana didefinisikan dalam Standar AWS untuk memindahkan tindakan berkelanjutan di atas air ke tingkat yang lebih luas. Ini akan menginformasikan pemahaman tentang pengaruh dan ketergantungan pada pengguna air lain di daerah tangkapan air, dan mendukung identifikasi dan prioritas risiko air, tantangan bersama, dan peluang di dan di luar unit sertifikasi RSPO. Hal ini dapat mendukung pengambilan keputusan yang lebih terinformasi dalam mengatasi risiko air, dan mendukung penciptaan nilai bersama di daerah tangkapan air dan lanskap yang lebih besar.

Dokumen ini  disusun melalui proses konsultatif dengan Sekretariat RSPO. Untuk dapat memperoleh pemahaman penuh mengenai penatalayanan air yang baik, Standar AWS, serta maksud dan persyaratan indikatornya, unduh Standar dan Panduan AWS di: https://a4ws.org/the-aws-standard-2-0/ 

Unduh dokumen ringkasannya dan silakan hubungi AWS untuk mendapatkan akses laporan selengkapnya.  

Hubungi (Bapak) Fany Wedahuditama: fany@ws-indonesia.org untuk informasi dan kolaborasi lebih lanjut.

Laporan Pathway ini adalah bagian dari serangkaian laporan yang dihasilkan dari project “Boosting Sustainability Practice and Performance at Landscape Level through good water stewardship”. Laporan ini dikembangkan oleh Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Indonesia (Yayasan AWS Indonesia) dan Alliance for Water Stewardship (AWS), bekerja sama dengan Sekretariat RSPO. Project ini dimungkinkan berkat hibah dari the ISEAL Innovations Fund yang didukung oleh Swiss State Secretariat for Economic Affairs SECO.

magnifiercross